Showing posts with label Brainstorming. Show all posts
Showing posts with label Brainstorming. Show all posts

Tuesday, May 12, 2015

Polemik Iman

Kehidupan setelah kematian memang sesuatu yang misterius. Demikian juga adanya 'pribadi adikuasa' yang hanya bisa dirasakan 'bagian kecilnya' saja. Saya menemukan sebuah ilustrasi menarik (yang mungkin tidak sepenuhnya paralel dengan permasalahan di atas) pada laman facebook Barefoot College tertanggal 12 Februari 2015 yang lalu. 

Tanpa mengurangi maknanya, saya mencoba menyulihnya sebagai berikut:

Tuesday, February 10, 2015

Kebenaran yang Sesat

“...jangan mutlakkan bahasanya, mutlakkan maknanya!”
– KPSA –

Beberapa waktu ini saya dibuat geram sekaligus sedih akibat ulah beberapa orang iseng (dari sekian banyak yang tidak saya kenal) yang memporak-porandakan pikiran saya mengenai cara berpikir yang benar. Tatanan berpikir saya dipaksa untuk menerima banyak sekali (pernyataan) kebenaran yang disajikan dalam satu wadah. Dan setiap (pernyataan) kebenaran tersebut memiliki label bertuliskan “syarat dan ketentuan berlaku”.

Berabad-abad yang lalu, seorang murid menulis perkataan Yesus demikian: “Celakalah dunia dengan segala penyesatannya: memang penyesatan harus ada, tetapi celakalah orang yang mengadakannya.” Mengapa penyesatan ini ada? Apakah hubungannya dengan kebenaran?

Monday, April 22, 2013

Sekolah Jalanan Series: Curhat Seorang Pengguna Jalan (Kehidupan)

Tiga puluh (30) kilometer adalah jarak minimal yang saya tempuh tiap hari selama seminggu untuk melakukan aktivitas pekerjaan saya. Walaupun tidak begitu jauh (uhukkk....), namun perjalanan tersebut saya isi (dengan sedikit terpaksa) dengan pengamatan-pengamatan ringan dan eksperimen-eksperimen kecil yang menghasilkan beberapa pemikiran yang akan saya coba jatimkan (kalo di Bandung jadi "jabarkan" :p) secara empiris dalam seri tulisan ini.

Sunday, February 3, 2013

BERSEKOLAH pada KERUWETAN

(sebuah sobekan dari buku NGELMU SUSAH tulisan Bondan Wahjoedi)

     Simpul-simpul di negeri tercinta ini sudah sangat kompleks seolah membuntu tak teruraikan lagi. Tanpa mengurangi rasa kebangsaan yang masih ada, sejujurnya kita semua telah dan sedang bersekolah pada keruwetan. Masih adakah celah pada tembok kebuntuan ini bagi mereka yang berkehendak baik?