Saturday, June 29, 2013

seri memoar jalanan #1: Tiga Puluh Menit

(Saya jelas tidak tahu-menahu mengenai jenis penulisan di bawah ini, tetapi saya tahu bahwa tingkat ke-ngawur-an dari tulisan ini sangat rendah hingga tidak akan mempengaruhi kesehatan pikiran anda. Bagi pecinta komik, maaf saya tidak bisa memuaskan selera anda.)


aku adalah waktu yang berlalu di bawah cahaya bulan sabit,
yang berganti menurut hitungan tiang lampu jalanan
aku adalah waktu yang terlewat bersama air mata,
yang kemudian kering terhembus angin malam
aku berjalan dalam teriakan,
dalam hentakan mesin dan gemuruh roda
dalamku dituliskan beribu cerita
cerita di balik senyuman
cerita di balik ketegaran
cerita di balik kebanggaan
cerita yang tak akan pernah sampai di telinga manusia
cerita yang tak akan bisa dimengerti siapa pun
cerita yang hanya berlalu bersama debu yang terhempas
tentang sebuah alasan

dalam detak langkahku aku mendengar
kata-kata yang terbual dari seorang manusia
dalam bahasa lidah dan tangisan
dalam gertak genggaman dan degup adrenalin
ia berbicara...

siapakah aku ini
hingga engkau menyembunyikan rembulan yang senantiasa mengiringku
siapakah aku ini
hingga engkau menghalangi jalanku dengan logam-logam berkarat
dan asap penuh kesesakan
siapakah aku ini
hingga engkau membuatku tak mampu menguasai kesadaranku

apakah engkau
yang menetapkan jalan-jalanku
apakah engkau
yang membuat aku terasing dan kini kembali
apakah engkau
yang memisahkan aku dengan hatiku
apakah engkau
yang menakar setiap tetes peluh

apakah engkau
yang membuat aku bertanya siapa aku

mengapa kita bertemu lagi
ketika aku tengah menikmati surgaku
ketika aku berada dalam aliran yang menyenangkan
ketika aku di atas gunung yang tenang teduh

di hari yang cerah engkau tak menghitungku
dalam hari kelam engkau mengasingkan aku
di mana mahkotaku
di mana cambukku
aku hendak menelanjangi diri di hadapanmu
agar engkau puas dengan kosongku

siapakah yang akan menghitung hari-hariku
siapakah yang akan kembali mengulurkan tangan
mengambil setiap serpihan hati dan membuatnya utuh kembali
siapakah yang akan membuatku tidak lebih tinggi dari tanah
siapakah yang akan membuatku melihat pagi

engkau

aku

masihkah aku akan tahu bahwa itu engkau
masihkah aku akan mengenali aroma karyamu
masihkah aku setia

...

aku, waktu, membawa tanya itu pergi
menyampaikannya pada keheningan
hingga aku lenyap oleh pagi
bersiap untuk cerita berikutnya
bersiap untuk harapan
bersiap untuk jawaban
bersiap untuk kembali bercerita
tentang sebuah alasan



+++originally written in unknown language by me+++






No comments:

Post a Comment